Geologi Regional
Pulau Sulawesi terbentuk di sepanjang zona
tumbukan Neogen antara Lempeng Benua Eurasia dan fragmen-fragmen benua mikro
yang berasal dari Lempeng Australia (Hamilton, 1979 dan Hutchitson, 1989).
Secara umum struktur geologi (sesar dan pelipatan) di daerah Sulawesi banyak
dipengaruhi oleh Mintakat Geologi Banggai-Sula yang merupakan fragmen benua.
Fragmen benua ini asal-mulanya dari tepi Benua Australia, yang mulai memisahkan
diri akibat adanya pemekaran pada Perm-Trias dan kemudian terpisah dari bagian
utara Irian Jaya dan bergerak ke arah barat, yang selanjutnya membentur
Sulawesi Timur pada Miosen Tengah-Akhir, dan menyatu dengan Busur Magmatik
Sulawesi Barat pada Mio-Pliosen. Dalam perjalanannya fragmen-fragmen benua
tersebut mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, sehingga benturannya dengan
Pulau Sulawesi waktunya tidak sama, hal ini diindikasikan oleh umur endapan
molasa yang bervariasi dari Miosen Awal-Pliosen.
Geomorfologi
Regional
Pulau Sulawesi mempunyai
bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur
disekelilingnya. Benua Asia, maka bagian convaknya mengarah ke Asia tetapi
Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaknya yang menghadap ke Asia dan
terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola
terbalik atau inverted arc. Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara
dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam.
Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur
dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan
kedalaman mencapai 4500 – 5000m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh
Palung Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan
dan dataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang
pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian
lengan Selatan.
Statigrafi
Regional
Daerah sulawesi selatan,
dimana berdasarkan urutan stratigrafinya batuan tertua yang dijumpai di daerah
adalah Formasi Latimojong yang berumur Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000
meter. Formasi ini telah termetamorfisme dan menghasilkan filit, serpih,
rijang, marmer, kwarsit dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa,
baik berupa stock maupun berupa retas-retas.Pada bagian atasnya diendapkan
secara tidak selaras Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja dan
Tersier Eosen Toraja Limestone yang berumur Eosen terdiri dari serpih, batugamping
dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah mengalami perlipatan
kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada umumnya berumur Eosen
Tengah sampai Miosen Tengah. (Djuri dan Sudjatmiko, 1974). Pada bagian atas
formasi ini dijumpai batuan vulkanik Lamasi yang berumur Oligosen, terdiri dari
aliran lava bersusunan basaltik hingga andesitik, breksi vulkanik, batupasir
dan batulanau, setempat-setempat mengandung feldspatoid. Kebanyakan batuan
terkersikkan dan terkloritisasi. Satuan batuan berikutnya adalah satuan yang
terdiri dari napal dan sisipan batugamping yang setempat-setempat mengandung
batupasir gampingan, konglomerat dan breksi yang berumur Miosen Bawah hingga
Miosen Tengah, di tempat lain diendapkan satuan batuan yang terdiri dari
konglomerat, meliputi sedikit batupasir glaukonit dan serpih. Ketebalan satuan
batuan ini antara 100 – 400 meter dan berumur Miosen Tengah hingga Pliosen.
Ketiga satuan batuan di
atas mempunyai hubungan menjemari dengan satuan batuan yang terdiri dari lava
yang bersusunan andesit sampai basal, pada beberapa tempat terdapat breksi
andesit, piroksin dan andesit trakit serta felspatoid. Kelompok satuan batuan
ini berumur Miosen Awal hingga Pliosen dan mempunyai ketebalan 500 – 1000
meter.
Pada beberapa tempat
dijumpai pula satuan batuan Tmpa, yang merupakan Molasa Sulawesi yang terdiri
dari konglomerat, batupasir, batulempung dan napal dengan selingan batugamping
dan lignit. Foraminifera menandakan umur Miosen Akhir hingga Pliosen.
Satuan Batuan termuda berupa endapan
aluvial dan pantai yang terdiri dari lempung, lanau, pasir kerikil dan
setempat-setempat terdapat terdapat terumbu koral (Qal) menempati daerah
pesisir timur dan barat.
Struktur Regional
Berdasarkan keadaan
litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:
Mandala barat (West & North
Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik (Cenozoic Volcanics and
Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda.
1.
Bagian Utara
Memanjang dari Buol sampai sekitar
Manado. Batuan bagian utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk
pada Miosen-Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada
Eosen-Oligosen.
A. Sulawesi Utara
Geologi daerah Sulut
didominasi oleh batu gamping sebagai satuan pembentuk cekungan sedimen Ratatotok. Satuan batuan lainnya adalah kelompok breksi dan
batupasir, terdiri dari breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batupasir
halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang didapatkan di daerah
Ratatotok-Basaan, serta breksi andesit piroksen.
Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen
terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar andesitan mengandung pecahan batu
apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava andesit-trakit.
Batuan Kuarter terdiri
dari kelompok Batuan Gunung api Muda terdiri atas lava andesit-basal, bom,
lapili dan abu.
Kelompok batuan termuda
terdiri dari batu gamping terumbu koral, endapan danau dan sungai serta endapan
alluvium aluvium.
B. Gorontalo
Daerah Gorontalo
merupakan bagian dari lajur volkano-plutonik Sulawesi Utara yang dikuasai oleh batuan
gunung api Eosen-Pliosen dan batuan terobosan.
Pembentukan batuan
gunung api dan sedimen di daerah penelitian berlangsung relatif menerus sejak
Eosen-Miosen Awal sampai Kuarter, dengan lingkungan laut dalam sampai darat,
atau merupakan suatu runtunan regresif.
Pada batuan gunung api
umumnya dijumpai selingan batuan sedimen, dan sebaliknya pada satuan batuan
sedimen dijumpai selingan batuan gunung api, sehingga kedua batuan tersebut
menunjukkan hubungan superposisi yang jelas.
Fasies gunung api Formasi
Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit, sedangkan batuan gunung api yang lebih
muda merupakan batuan busur kepulauan.
2.
Bagian barat
Dari Buol sampai sekitar
Makasar. Busur magmatik bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat
kontinen yang terdiri atas batuan gunung api-sedimen berumur
Mesozoikum-Mesozoikum Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan tersebut
diterobos granitoid bersusunan terutama granodioritik sampai granitik yang
berupa batolit, stok, dan retas.
A. Enrekang Sulawesi Selatan
Berdasarkan pengamatan
geologi pada data penginderaan jauh dan lapangan, maka batuan di daerah
Enrekang dapat dibagi menjadi 8 satuan, yaitu:
· Satuan batu pasir malih (Kapur Akhir)
· Satuan batuan serpih (Eosen-Oligosen
Awal)
· Satuan batun gamping (Eosen)
· Satuan batu pasir gampingan
(Oligosen-Miosen Tengah)
· Satuan batu gamping berlapis (Oligosen-Miosen Tengah)
· Satuan klastika gunung api (Miosen Akhir)
· Satuan batu gamping terumbu (Pliosen
Awal)
· Satuan konglomerat (Pliosen)
Struktur geologi yang
berkembang di daerah ini terdiri atas sesar naik, sesar mendatar, sesar normal
dan lipatan yang pembentukannya berhubungan dengan tektonik regional Sulawesi
dan sekitarnya.
Mandala tengah (Central
Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh
sebagai bagian dari blok Australia.
Mandala timur (East
Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak
samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen. Sesar Lasolo yg
merupakan sesar geser membagi lembar daerah Kendari menjadi dua lajur, yaitu:
1. Lajur Tinondo, yang menempati
bagian barat daya merupakan himpunan batuan
yang bercirikan asal paparan benua, sedangkan
2. Lajur Hialu, yang menempati bagian timur laut daerah ini,
merupakan himpunan batuan yang bercirikan asal kerak samudera. Batuan yang
terdapat di Lajur Tinondo adalah Batuan Malihan Paleozoikum, dan diduga berumur
Karbon.
3.
Kendari, Sulawesi Utara
Hasil pengukuran gaya
berat di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara, yang sebagian besar daerahnya
ditutupi oleh batuan ofiolit, menunjukan perkembangan tektonik dan geologi
daerah ini mempunyai banyak persamaan dengan daerah Lengan Timur Sulawesi
dengan ditemukannya endapan hidrokarbon di daerah Batui.
Struktur lipatan hasil
analisis data gaya berat daerah ini menunjukkan potensi sumber daya geologi
yang sangat besar, berupa: panas bumi dan endapan hidrokarbon. Panas bumi berada di sekitar daerah Tinobu, Kecamatan
Lasolo, sepanjang sesar Lasolo. Cebakan hidrokarbon di
sekitar pantai dan lepas pantai timur daerah ini, seperti: daerah Kepulauan
Limbele, Teluk Matapare (Kepulauan Nuha Labengke) Wawalinda Telewata Singgere
pantai Labengke), Wawalinda, Telewata, Singgere, utara Kendari, dan lain
sebagainya. Kepulauan paling timur Banggai-Sula
dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena
strike-slip faults dari New Guinea.
0 komentar:
Post a Comment